Loading
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma dalam sesi jumpa pers di sela kegiatan Misi Dagang Jatim-NTT, di Kupang, Kamis, (6/11/2025). (ANTARA/Yoseph Boli Bataona)
KUPANG, ARAHKITA.COM – Kolaborasi ekonomi antara Jawa Timur (Jatim) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali mencatat sejarah baru. Dalam gelaran Misi Dagang Jatim–NTT yang berlangsung di Aston Kupang Hotel & Convention Center, nilai transaksi perdagangan menembus angka lebih dari Rp1,8 triliun hanya dalam satu hari.
“Per pukul 14.00 WITA, total transaksi sudah melampaui Rp1,8 triliun. Angka ini menjadi yang tertinggi dari 46 misi dagang yang pernah kami lakukan,” ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kamis (6/11/2025).
Khofifah menilai capaian tersebut sebagai bukti nyata besarnya potensi ekonomi di kawasan timur Indonesia. “Jatim dan NTT punya kekuatan besar. Kuncinya ada pada sinergi, produktivitas, dan konektivitas yang berkelanjutan,” tegasnya.
Ia juga menambahkan, lewat kegiatan ini, kedua provinsi dapat saling mengenali produk unggulan lokal dan memperkuat sektor industri kreatif, perdagangan, dan UMKM.
“Misi dagang bukan sekadar transaksi, tapi tentang tumbuh bersama, berkembang bersama, dan sejahtera bersama,” tutur Khofifah.
Sebagai bentuk tindak lanjut, dilakukan pula penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) antara perangkat daerah, BUMD, hingga asosiasi pengusaha dari kedua provinsi. Harapannya, kolaborasi ini dapat memperkuat fiskal daerah sekaligus mempercepat pemerataan ekonomi di wilayah timur Indonesia.
Integrasi Pasar dan Peluang Baru
Sementara itu, Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma menyebut misi dagang sebagai langkah strategis dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi antarwilayah.“Kegiatan seperti ini mendorong peningkatan volume perdagangan, memperluas jaringan pasar, dan mempercepat perputaran modal,” jelas Johni.
Menurutnya, perdagangan antara Jatim dan NTT menciptakan hubungan ekonomi yang saling menguntungkan. NTT memasok bahan baku berkualitas seperti kelapa, kemiri, kopra, mete, rumput laut, dan cakalang ke industri di Jatim. Sebaliknya, Jatim menyuplai barang konsumsi dan kebutuhan industri ke NTT, termasuk bahan pangan dan barang modal untuk sektor peternakan serta perikanan.
“Integrasi ini membuat rantai pasok semakin efisien. Petani dan nelayan NTT kini punya akses pasar yang lebih luas, sementara industri di Jawa Timur juga diuntungkan dengan pasokan bahan baku yang stabil,” ujarnya.
Johni menegaskan, manfaat misi dagang tidak berhenti pada angka transaksi. “Dampak jangka panjangnya mencakup penciptaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan pelaku usaha kecil, dan penguatan ketahanan industri antarprovinsi,” tutupnya optimistis.