Selasa, 30 Desember 2025

Rupiah Melemah, Dolar AS Kian Perkasa akibat Ekspektasi The Fed


 Rupiah Melemah, Dolar AS Kian Perkasa akibat Ekspektasi The Fed Nilai tukar rupiah melemah ke Rp16.715 per dolar AS akibat menurunnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed. (Antaranews)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah menurunnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat.

Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa sejak pengumuman kebijakan moneter terbaru, peluang The Fed untuk memangkas suku bunga tahun ini berkurang signifikan.

“Ekspektasi pasar turun dari sekitar 94 persen menjadi hanya 65 persen. Hal ini yang membuat dolar AS kembali menguat,” ujar Ariston di Jakarta, Selasa (4/11/2025).

Indeks dolar AS sempat menyentuh level 100, angka yang belum pernah terlihat sejak 1 Agustus 2025. Kondisi ini memperkuat posisi dolar di pasar global, sementara mata uang utama lainnya—termasuk rupiah—tertekan.

Menurut Ariston, selain faktor eksternal, tekanan terhadap rupiah juga datang dari dalam negeri.

“Kebijakan fiskal dan moneter yang cenderung longgar turut menekan rupiah, meski neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan surplus,” tambahnya.

Dengan berbagai faktor tersebut, Ariston memperkirakan pergerakan rupiah berada di kisaran Rp16.600 hingga Rp16.680 per dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan Selasa pagi, rupiah tercatat melemah 39 poin atau 0,215 persen ke level Rp16.715 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.676 per dolar AS.

Dari sisi kebijakan global, hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Oktober lalu mencatat pemangkasan suku bunga acuan 25 basis poin (bps), dari 4–4,25 persen menjadi 3,75–4 persen.

Namun, keputusan itu tidak sepenuhnya bulat. Gubernur Stephen Miran sempat mengusulkan pemangkasan yang lebih besar, yakni 50 bps, sementara Presiden The Fed Kansas City, Jeff Schmid, justru ingin suku bunga dipertahankan.

Perbedaan pandangan tersebut menunjukkan bahwa arah kebijakan moneter AS ke depan masih penuh ketidakpastian—dan kondisi itu berimbas langsung pada stabilitas rupiah di pasar domestik.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru