Loading
Menteri Kebudayaan Fadli Zon APEC saat menghadiri High-Level Dialogue on Cultural and Creative Industries (HLD-CCI) di Gyeongju, Korea Selatan, Kamis (28/8/2025). ANTARA/ (HO-Kementerian Kebudayaan)
SEOUL, ARAHKITA.COM — Perekonomian di kawasan Asia-Pasifik (APEC) diproyeksikan tumbuh stabil pada tahun 2025 dengan laju sekitar 3,1 persen. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh sektor perdagangan internasional yang tangguh serta meningkatnya permintaan terhadap produk berteknologi tinggi.
Meski begitu, laporan terbaru memperkirakan bahwa momentum positif tersebut bisa sedikit melambat pada 2026, dengan proyeksi pertumbuhan sekitar 2,9 persen. Faktor seperti kenaikan utang publik dan berkurangnya stimulus sementara disebut menjadi penyebab utama perlambatan tersebut.
Selama paruh pertama 2025, aktivitas perdagangan di kawasan APEC menunjukkan kinerja yang solid. Nilai ekspor meningkat 6,5 persen, sementara impor naik 6,1 persen, mencerminkan pemulihan yang kuat setelah beberapa tahun ketidakpastian global. Namun, analis memperkirakan laju ekspor bisa melambat ke kisaran 1 persen pada tahun berikutnya, seiring berlanjutnya ketegangan dagang antarnegara besar.
Laporan itu juga mencatat, utang bruto pemerintah umum di negara-negara anggota APEC berpotensi menembus lebih dari 110 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2026 — angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya.
Para ahli menegaskan, kerja sama antarnegara APEC menjadi kunci penting untuk menjaga stabilitas ekonomi. Dengan munculnya ketegangan perdagangan dan ketidakpastian global, kebijakan ekonomi yang terprediksi dan transparan, serta dialog terbuka antaranggota, sangat dibutuhkan untuk menjaga kepercayaan pasar dan pertumbuhan berkelanjutan di kawasan.