Loading
Ilustrasi - Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/pri.
JAKARTA, ARAHKITA.COM — Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk bersih (capital inflow) sebesar Rp6,43 triliun ke pasar keuangan domestik sepanjang periode transaksi 6–9 Oktober 2025. Angka ini menunjukkan masih kuatnya kepercayaan investor asing terhadap stabilitas ekonomi Indonesia di tengah dinamika global.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, aliran modal tersebut berasal dari dua instrumen utama, yakni pasar saham dan surat berharga negara (SBN). “Pada periode tersebut, modal asing masuk bersih di pasar saham mencapai Rp2,48 triliun, dan di pasar SBN sebesar Rp5,14 triliun,” ujarnya di Jakarta, Jumat (10/10/2025).
Meski demikian, terjadi capital outflow atau modal asing keluar di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) senilai Rp1,19 triliun. Setelah dikalkulasi, total modal asing yang masuk bersih selama periode 6–9 Oktober mencapai Rp6,43 triliun.
Sejak awal tahun hingga 9 Oktober 2025, BI mencatat masih ada tekanan di beberapa instrumen keuangan. Modal asing keluar bersih di pasar saham dan SRBI masing-masing mencapai Rp53,45 triliun dan Rp132 triliun, sementara pasar SBN mencatat aliran masuk bersih Rp24,46 triliun.
Dari sisi risiko investasi, premi credit default swaps (CDS) Indonesia tenor 5 tahun naik tipis dari 77,22 basis poin (bps) pada 3 Oktober menjadi 78,37 bps per 9 Oktober 2025.
Sementara itu, nilai tukar rupiah pada Jumat (10/10/2025) dibuka melemah tipis di level Rp16.560 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.540 per dolar AS. Penguatan indeks dolar AS (DXY) ke posisi 99,54 pada akhir perdagangan Kamis (9/10/2025) turut memengaruhi pergerakan rupiah. DXY sendiri mencerminkan kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia seperti euro, yen Jepang, pound Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) SBN 10 tahun turun dari 6,10 persen menjadi 6,07 persen, menandakan optimisme investor terhadap surat utang pemerintah. Sebaliknya, yield US Treasury Note 10 tahun justru naik ke 4,138 persen, mencerminkan masih tingginya ketidakpastian global dikutip Antara.
Bank Indonesia menegaskan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga ketahanan eksternal ekonomi nasional.