Selasa, 30 Desember 2025

Mobil di Indonesia Sudah Kompatibel dengan Bahan Bakar Etanol hingga 20 Persen


 Mobil di Indonesia Sudah Kompatibel dengan Bahan Bakar Etanol hingga 20 Persen Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi memberi keterangan ketika ditemui di Jakarta, Senin (6/10/2025). ANTARA/Putu Indah Savitri

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan sebagian besar mobil di Indonesia sudah bisa menggunakan bahan bakar campuran etanol hingga kadar 20 persen. Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah mendorong transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM Eniya Listiani Dewi menjelaskan, secara teknis hampir semua mobil, tanpa memandang merek, mampu beroperasi dengan kandungan etanol pada bahan bakar hingga 20 persen.

“Secara kemampuan mesin, maksimal bisa sampai 20 persen. Jadi sebenarnya sudah kompatibel,” ujar Eniya saat ditemui di Jakarta, Senin (6/10/2025).

Uji Pasar Pertamax Green 95

Pertamina kini tengah melakukan uji pasar Pertamax Green 95, bahan bakar non-subsidi (non-PSO) berbasis Pertamax dengan campuran etanol 5 persen yang sepenuhnya berasal dari dalam negeri.

“Pertamax Green 95 memiliki kandungan etanol 5 persen, dan bahan bakunya dipastikan dari dalam negeri,” kata Eniya.Produksi Etanol Masih Terbatas

Meski kendaraan di Indonesia sudah siap untuk campuran etanol hingga 20 persen, pemerintah masih membatasi penggunaannya di angka 5 persen. Alasannya, pasokan bahan baku etanol seperti jagung dan tebu masih belum mencukupi kebutuhan industri BBM secara nasional.

“Kalau langsung diwajibkan 20 persen, sumber etanolnya dari mana? Menteri ESDM tidak ingin kita bergantung pada impor,” tambahnya dikutip Antara.

Proyek Etanol di Merauke Dimulai 2027

Untuk menjawab tantangan pasokan, pemerintah tengah menyiapkan proyek perkebunan tebu di Merauke, Papua Selatan, sebagai bagian dari program food estate nasional. Dari area seluas 500.000 hektare, proyek ini ditargetkan mampu menghasilkan 150.000–300.000 kiloliter bioetanol per tahun.

Kementerian ESDM menargetkan produksi bioetanol di Merauke bisa dimulai pada tahun 2027. Hasil produksi tersebut akan diolah menjadi bahan bakar nabati (bioetanol) yang diharapkan bisa meniru keberhasilan Brasil, negara yang sukses memanfaatkan tebu sebagai sumber energi terbarukan.“Di Papua, perhitungannya sekitar 150–300 ribu kiloliter etanol per tahun. Ini sedang dibicarakan lebih lanjut,” jelas Eniya.

Langkah Menuju Transisi Energi Nasional

Pengembangan bioetanol dari tebu menjadi bagian penting dalam agenda transisi energi nasional. Selain mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, langkah ini juga mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060 yang sedang digencarkan pemerintah.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru