Loading
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo, Melawai, Jakarta, Senin (15/9/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/sgd
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada penutupan perdagangan Kamis (25/9/2025). Rupiah melemah 65 poin atau sekitar 0,02 persen ke posisi Rp16.749 per dolar AS, dibandingkan sebelumnya Rp16.684 per dolar AS. Data Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan ke Rp16.752 per dolar AS dari Rp16.680 per dolar AS.
Menurut analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, tekanan rupiah tidak bisa dilepaskan dari persoalan disiplin fiskal pemerintah. Belanja negara yang bersifat ekspansif dinilai semakin bergantung pada pembiayaan utang, sementara minat asing terhadap obligasi pemerintah menurun signifikan.
“Dulu porsi kepemilikan asing hampir 40 persen, sekarang di bawah 20 persen. Kondisi ini membuat Bank Indonesia harus menanggung beban tambahan dengan menyerap obligasi negara. Risiko terbesarnya adalah potensi meningkatnya inflasi,” jelas Rully dikutip Antara.
Ia menambahkan, lemahnya penerimaan pajak juga memperburuk situasi. Tax ratio Indonesia masih di bawah 10 persen, dengan kontribusi terbesar berasal dari pajak penghasilan industri pengolahan. Menurut Rully, solusi jangka panjangnya adalah mempercepat industrialisasi agar penerimaan negara dari pajak perusahaan dan sistem penggajian (payroll tax) meningkat, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap utang.
Selain faktor domestik, pelemahan rupiah juga dipicu sentimen global. Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga AS kemungkinan terbatas karena risiko inflasi akibat kebijakan tarif. Sikap Powell yang kurang dovish memperbesar ketidakpastian arah kebijakan moneter AS, dan ikut menekan mata uang emerging market, termasuk rupiah.