Selasa, 30 Desember 2025

OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global: 2025–2026 Diprediksi Melambat


 OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global: 2025–2026 Diprediksi Melambat Kereta barang China-Eropa menuju Baku, Azerbaijan, berangkat dari Stasiun Pelabuhan Internasional Xi'an di Xi'an, Provinsi Shaanxi, China, pada 13 Agustus 2025. ANTARA/Xinhua/Tang Pumeng

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Prospek ekonomi dunia kembali mendapat sorotan setelah Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global.

Dalam laporan Economic Outlook terbaru yang dirilis Selasa (23/9/2025), OECD memperkirakan laju pertumbuhan akan turun dari 3,3% pada 2024 menjadi 3,2% di 2025, dan semakin melemah ke 2,9% pada 2026.

Penurunan proyeksi ini disebut mencerminkan berakhirnya percepatan perdagangan (front-loading) serta dampak dari tarif impor yang lebih tinggi. Ketidakpastian kebijakan global juga menekan investasi dan perdagangan lintas negara.

Meski demikian, pada paruh pertama 2025, perekonomian global masih menunjukkan daya tahan lebih baik dari perkiraan sebelumnya, terutama di negara-negara berkembang. Kegiatan industri dan perdagangan sempat terdorong karena perusahaan mempercepat pengiriman barang sebelum tarif baru diberlakukan.

Tarif AS Jadi Sorotan

Sejak Mei 2025, Amerika Serikat memberlakukan kenaikan tarif yang signifikan terhadap hampir semua mitra dagangnya. OECD mencatat, tarif efektif AS melonjak hingga 19,5% pada akhir Agustus—angka tertinggi sejak 1933. Lonjakan ini dikhawatirkan memperburuk iklim perdagangan internasional.

Risiko Perlambatan Masih Tinggi

OECD menegaskan bahwa risiko perlambatan ekonomi global masih besar. Faktor pemicu yang perlu diwaspadai mencakup potensi kenaikan tarif lanjutan, tekanan inflasi, kekhawatiran fiskal di sejumlah negara, hingga gejolak pasar keuangan.

  • Amerika Serikat: PDB diperkirakan turun dari 2,8% (2024) menjadi 1,8% (2025), lalu melambat lagi ke 1,5% (2026). Meski investasi teknologi tinggi menjadi penopang, dampaknya tereduksi oleh kebijakan tarif dan turunnya imigrasi bersih.
  • Kawasan Euro: Pertumbuhan diproyeksikan hanya 1,2% pada 2025 dan 1,0% di 2026. Relaksasi kredit memang memberi sedikit ruang, tetapi tensi perdagangan dan ketidakpastian geopolitik tetap membatasi laju ekonomi.

Pentingnya Reformasi Struktural

Melihat tren pelemahan ini, OECD menekankan urgensi reformasi struktural agar standar hidup bisa terus meningkat. Adaptasi terhadap teknologi baru, termasuk kecerdasan buatan (AI), dinilai menjadi kunci bagi negara-negara untuk menjaga daya saing jangka panjang dilansir Antara.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru