Loading
Wakil Ketua Umum Bidang Advokasi dan Industri Anggota Luar Biasa (ALB) Kadin Indonesia, Achmad Widjaja (tengah) dalam diskusi Indonesian Gas Society White Paper 2025 di Jakarta, Rabu (17/09/2025). (ANTARA/HO-Gas Society)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menegaskan bahwa ketahanan energi nasional harus menjadi prioritas utama. Salah satu langkah strategis yang didorong adalah memperkuat integrasi sektor minyak dan gas (migas) dari hulu, midstream, hingga hilir agar pasokan energi tidak terfragmentasi.
Wakil Ketua Umum Bidang Advokasi dan Industri ALB Kadin Indonesia, Achmad Widjaja, menekankan bahwa tanpa integrasi yang solid, industri nasional akan terus menghadapi tantangan besar.
“Ketahanan energi membutuhkan perhatian serius. Jika sektor migas tidak terintegrasi, maka daya saing industri kita akan sulit berkembang,” ujarnya dalam pernyataan di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Achmad juga mengingatkan pemerintah agar tidak hanya bergantung pada batu bara atau nikel. Menurutnya, gas memiliki peran penting dalam transisi energi rendah karbon yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Batu bara kini menghadapi kendala besar karena standar ESG membatasi ekspor ke pasar Eropa dan Amerika. Gas harus dijadikan tulang punggung transisi energi,” tambahnya.
Potensi Gas Besar, Perlu Eksekusi Nyata
Advisor Indonesian Gas Society, Daniel S. Purba, menyoroti besarnya potensi cadangan gas dari wilayah Andaman dan Masela. Namun ia mengingatkan bahwa potensi tersebut tidak boleh berhenti hanya sebagai data di atas kertas.
“Jika koordinasi antar lembaga tidak segera dipercepat, cadangan gas itu hanya akan terkunci tanpa memberikan manfaat optimal bagi pertumbuhan industri,” tegasnya.
Daniel menambahkan, agar gas benar-benar menjadi pilar transisi energi rendah karbon, sejumlah hal perlu dijalankan, antara lain:
“Gas harus berjalan seiring dengan energi terbarukan agar ekonomi nasional tetap tumbuh, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan,” jelasnya.
Harga Kompetitif Jadi Penentu Investasi
Pandangan senada datang dari Partner & Head of APAC Advisory Rystad Energy, Samuel Low. Menurutnya, meski cadangan gas Indonesia sangat besar, nilai strategisnya hanya bisa tercapai bila harga gas kompetitif dan infrastruktur tersedia.
“Proyek gas yang tidak ekonomis akan sulit menarik investasi. Harga yang tepat dan akses infrastruktur menjadi faktor penentu agar cadangan gas kita bisa dimonetisasi dan diakui secara global,” katanya dilansir Antara.
Dengan integrasi yang kuat, regulasi yang pasti, serta harga gas yang kompetitif, sektor migas Indonesia diyakini dapat menjadi tulang punggung ketahanan energi sekaligus motor penggerak transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.