Rabu, 31 Desember 2025

Diskusi Meet the Leaders, Shinta W. Kamdani Sebut Indonesia Incorporated, Jalan Baru Mencetak Lapangan Kerja


 Diskusi Meet the Leaders, Shinta W. Kamdani Sebut Indonesia Incorporated, Jalan Baru Mencetak Lapangan Kerja Shinta W. Kamdani, Ketua Umum APINDO sekaligus CEO Sintesa Group dalam forum diskusi Meet the Leaders memaparkan strategi kolektif untuk menjawab tantangan ekonomi global yang di Auditorium Benny Subianto, Kampus Kuningan Universitas Paramadina, Rabu (10/9/2025). (Foto: Dok. Universitas Paramadina)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Universitas Paramadina kembali menggelar forum diskusi Meet the Leaders, sebuah ajang bertukar gagasan yang mempertemukan tokoh nasional dengan sivitas akademika. Kali ini, tema yang diangkat adalah “Indonesia Incorporated: Driving Job Creation and Economic Resilience in an Era of Global Uncertainty”.

Hadir sebagai pembicara utama, Shinta W. Kamdani, Ketua Umum APINDO sekaligus CEO Sintesa Group, yang memaparkan strategi kolektif untuk menjawab tantangan ekonomi global. Diskusi berlangsung di Auditorium Benny Subianto, Kampus Kuningan Universitas Paramadina, Rabu (10/9/2025) dengan sambutan dari Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D, serta dipandu oleh Wijayanto Samirin, MPP.

Indonesia Incorporated: Lebih dari Gotong Royong

Dalam pemaparannya, Shinta menegaskan bahwa konsep Indonesia Incorporated bukan sekadar gotong royong, melainkan strategi kolaboratif yang melibatkan semua elemen bangsa layaknya pemegang saham dalam sebuah korporasi.

“Indonesia Incorporated bukan hanya sekadar gotong royong, tapi hak dan kewajiban bersama. Hak bukan hanya dividen, tetapi juga ruang untuk menyuarakan aspirasi. Kewajibannya, memastikan bangsa ini tumbuh menjadi ‘korporasi besar’ yang sukses,” ujarnya.

Shinta menggambarkan masa depan Indonesia sebagai negara yang maju dalam karya, adil dalam kesempatan, hijau dalam pengelolaan alam, serta kokoh dalam persatuan. Untuk itu, Indonesia tidak boleh bergantung pada sumber daya alam, melainkan harus mengedepankan inovasi.

Tantangan Serius: SDM dan Struktur Ekonomi

Meski peluang besar terbentang, Shinta mengingatkan adanya tantangan serius. Data menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerja pada 2024 mencapai 12,2 juta orang, namun lapangan kerja baru hanya mampu menampung 4,4 juta orang. Akibatnya, masih ada sekitar 7,8 juta pengangguran.

Kualitas tenaga kerja juga dinilai belum sejalan dengan kebutuhan industri. Dari total lulusan, 36,5% hanya berpendidikan SD, sementara lulusan sarjana baru 12%. Tidak heran jika hanya 26% pelaku usaha yang merasa tenaga kerja saat ini sesuai dengan kebutuhan industri.

Selain itu, sektor informal masih mendominasi hingga 60–70%, dengan UMKM mencapai 56 juta unit. Sayangnya, tidak semua UMKM bisa dikategorikan sebagai wirausaha karena minim inovasi. Padahal, kewirausahaan sejati terbukti menjadi kunci pertumbuhan ekonomi. Shinta membandingkan, tingkat kewirausahaan di Indonesia baru 3,5%, sementara Thailand sudah 4,8%, dan Singapura bahkan mencapai 11–12%.

Bonus Demografi: Potensi Generasi Muda

Di sisi lain, Shinta melihat peluang besar dari kekuatan generasi muda. Dari total populasi 286 juta jiwa, terdapat 153 juta angkatan kerja aktif, dengan 69 juta milenial dan 74 juta Gen Z yang lahir sebagai digital native, inovatif, dan adaptif. Jika diarahkan dengan tepat, bonus demografi ini bisa menjadi motor penggerak ekonomi sekaligus pencipta lapangan kerja berkualitas.

“Pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengorbankan lingkungan. Kemajuan bangsa ada pada keseimbangan: inovasi, keadilan kesempatan, keberlanjutan alam, dan persatuan dalam keberagaman,” tegasnya dalam rilis yang diterima media ini.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru