Loading
Rupiah menguat ke Rp16.259 per dolar AS seiring peluang penurunan suku bunga The Fed semakin terbuka. (Antara)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan penguatan seiring dengan meningkatnya peluang penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Taufan Dimas Hareva, menilai sentimen global masih menjadi faktor utama yang mendorong penguatan rupiah. “Pasar tengah mencermati hasil Jackson Hole Symposium akhir pekan lalu, di mana sejumlah pejabat The Fed memberi sinyal pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang,” ujarnya di Jakarta, Senin (25/8/2025).
Menurut Taufan, prospek tersebut muncul karena inflasi AS mulai melandai. The Fed perlu menjaga keseimbangan antara stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Sikap dovish itu otomatis menekan indeks dolar AS yang sempat reli, sehingga membuka ruang penguatan bagi berbagai mata uang utama dunia, termasuk rupiah.
Dari laporan Anadolu, Ketua The Fed Jerome Powell mengindikasikan kemungkinan pemangkasan suku bunga bisa terjadi pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan September 2025. Ia menegaskan bahwa kebijakan moneter The Fed tidak berada pada jalur yang kaku, melainkan menyesuaikan dengan data ekonomi terkini serta risiko yang dihadapi.
Pada perdagangan Senin sore, rupiah ditutup menguat 92 poin atau sekitar 0,56 persen di level Rp16.259 per dolar AS. Sebelumnya rupiah berada di posisi Rp16.351 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat penguatan, bergerak ke Rp16.255 per dolar AS dari Rp16.340 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Penguatan rupiah ini memberikan harapan baru bagi stabilitas ekonomi nasional, meski pasar tetap perlu mewaspadai perkembangan kebijakan moneter global dalam beberapa bulan ke depan dikutip Antara.