Loading
SERANG, ARAHKITA.COM – Pada triwulan kedua tahun 2025, perekonomian Provinsi Banten menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan sebesar 5,33 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 5,12 persen, serta pertumbuhan regional Jawa sebesar 5,24 persen.
Menurut Rawindra Ardiansah, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Banten, capaian ini menempatkan Banten sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di Pulau Jawa, setelah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Perkembangan positif ini didorong oleh akselerasi di sektor industri pengolahan, konstruksi, dan real estate yang menjadi tulang punggung ekonomi Banten," ujar Rawindra di Serang, Selasa (12/8/2025).
Dari sisi permintaan, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi pendorong utama dengan kenaikan signifikan mencapai 9,90 persen. Lonjakan investasi ini tak lepas dari peran penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA), serta kelanjutan proyek-proyek strategis nasional (PSN) yang sedang berlangsung.
Rawindra menambahkan, "Investasi di Banten pada semester pertama 2025 mencapai Rp60,7 triliun, yang setara dengan 6,2 persen dari total nasional. Ini menempatkan Banten pada posisi kelima secara nasional dalam hal realisasi investasi."
Beberapa proyek besar yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi Banten antara lain pembangunan Tol Serang-Panimbang, Tol Serpong-Balaraja, kawasan terpadu Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, serta pengembangan Kawasan Industri Krakatau Sarana Infrastruktur.
Sektor konstruksi mencatat pertumbuhan paling tinggi sebesar 15,36 persen, diikuti sektor real estate yang tumbuh 7,91 persen. Sementara itu, industri pengolahan yang menjadi kontributor utama Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banten juga mencatat pertumbuhan yang solid, yaitu sebesar 4,82 persen.
Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Banten sepanjang tahun 2025 akan berada di rentang 4,6 hingga 5,5 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh potensi hilirisasi industri serta geliat sektor pariwisata, meskipun tetap ada kewaspadaan terhadap dampak tekanan ekonomi global dikutip Antara.