Rabu, 31 Desember 2025

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2025 Meningkat, Konsumsi Rumah Tangga Jadi Penopang Utama


 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2025 Meningkat, Konsumsi Rumah Tangga Jadi Penopang Utama Dr. Handi Risza, Wakil Rektor Universitas Paramadina. (Foto: Dok. Univ. Paramadina)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Perekonomian Indonesia pada triwulan II tahun 2025 menunjukkan tren yang membaik. Di tengah kekhawatiran sebagian masyarakat terhadap perlambatan ekonomi, data terbaru justru menghadirkan angin segar: pertumbuhan ekonomi berhasil menembus angka 5,12% (year-on-year) berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Peningkatan ini menjadi sinyal positif setelah pada kuartal I-2025 pertumbuhan tercatat di level 4,87%. Bahkan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Kuartal II-2024), capaian ini juga mengalami penguatan dari 5,05% menjadi 5,12%. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada periode ini mencapai Rp5.947 triliun.

Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Motor Utama

Menurut Dr. Handi Risza, Wakil Rektor Universitas Paramadina, perbaikan ini tidak bisa dilepaskan dari faktor musiman yang mendorong konsumsi masyarakat, khususnya konsumsi rumah tangga.

“Peningkatan ini cukup mengejutkan dan berhasil membalik banyak prediksi yang sebelumnya cenderung pesimistis,” ungkap Dr. Handi.

Ia menekankan bahwa konsumsi rumah tangga menyumbang 54,25% terhadap PDB, atau sekitar 2,64% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan II. Sementara investasi melalui Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berkontribusi 27,83% atau 2,06%.

Dengan demikian, dua sektor ini menyumbang lebih dari 82% terhadap pertumbuhan nasional.

“Kenaikan konsumsi rumah tangga dipicu oleh meningkatnya kebutuhan pokok, tingginya mobilitas selama libur panjang, dan naiknya permintaan barang modal,” tambahnya.

Sektor Industri dan Perdagangan Tumbuh, tapi Manufaktur Masih Tertekan

Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi sebesar 1,13%, disusul oleh sektor perdagangan (0,70%), informasi dan komunikasi (0,53%), serta konstruksi (0,47%).

Namun, sektor manufaktur masih menghadapi tantangan serius. Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia yang dirilis S&P Global menunjukkan angka 49,2 pada Juli 2025. Meskipun membaik dibanding April (46,7), Mei (47,4), dan Juni (46,9), angka ini masih berada di bawah ambang batas 50, yang menandakan bahwa sektor manufaktur masih berada di zona kontraksi.

Hari Besar Dorong Lonjakan Belanja, tapi Bukan Solusi Jangka Panjang

Peningkatan konsumsi masyarakat pada periode ini juga tak lepas dari banyaknya hari libur nasional dan keagamaan seperti Idul Fitri, Waisak, Isa Almasih, hingga Idul Adha. Momentum ini mendorong aktivitas belanja, terutama dalam sektor makanan, minuman, transportasi, dan pariwisata.

Meski begitu, Dr. Handi mengingatkan bahwa pertumbuhan yang ditopang konsumsi musiman tidak bisa menjadi dasar yang berkelanjutan bagi perekonomian.

“Pertumbuhan ekonomi idealnya juga ditopang oleh ekspor, investasi, serta sektor industri dan lapangan kerja yang membaik. Kita tidak bisa terus-menerus mengandalkan dorongan musiman seperti libur panjang,” tegasnya dalam pernyataan yang disampaikan ke media, Selsa (5/8/2025).

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru