Selasa, 30 Desember 2025

Presiden Swiss Dikecam setelah Panggilan Telepon dengan Trump Dinilai Picu Tarif 39 Persen


 Presiden Swiss Dikecam setelah Panggilan Telepon dengan Trump Dinilai Picu Tarif 39 Persen Presiden Swiss Dikecam setelah Panggilan dengan Trump Dinilai Picu Tarif 39 Persen. (The Local Switzerland)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Pemerintah Swiss menghadapi krisis setelah Presiden Karin Keller-Sutter dituduh gagal menangani percakapan penting dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Percakapan yang berlangsung selama 30 menit itu disusul oleh keputusan mendadak dari Trump yang menaikkan tarif impor terhadap produk Swiss hingga 39 persen. Pengumuman itu memicu gejolak pasar dan kritik tajam dari dalam negeri.

Keputusan tarif tersebut diumumkan pada Jumat lalu dan langsung mengguncang pasar. Indeks saham utama Swiss, dilansir The Guardian, dibuka turun 1,8 persen pada hari Senin, bertepatan dengan Hari Nasional Swiss.

Sektor industri mewah, termasuk jam tangan, perhiasan, cokelat, hingga mesin dan produk farmasi, menjadi pihak yang paling terdampak oleh langkah sepihak Washington.

Sebelumnya, setelah tiga bulan negosiasi, pejabat Swiss yakin bahwa kesepakatan tarif 10 persen telah tercapai. Namun, panggilan telepon yang digambarkan sebagai "tidak efektif" dan "keliru secara diplomatik" mengubah segalanya. Trump tidak hanya menolak kompromi, tetapi justru memberlakukan tarif yang lebih tinggi dari yang pernah dia umumkan sebelumnya.

Ekonom dari Universitas ETH Zürich Hans Gersbach mengatakan, tarif tersebut akan berdampak besar pada perekonomian Swiss yang berorientasi ekspor dan dapat memicu resesi, terutama jika produk farmasi, yang tidak tercakup, turut dimasukkan.

Perusahaan-perusahaan Swiss, yang ekspornya ke AS mencapai sekitar seperenam dari total penjualan luar negeri mereka, menghadapi salah satu bea masuk AS yang paling tinggi – hanya Laos, Myanmar, dan Suriah yang memiliki angka lebih tinggi, yaitu 40-41%. Uni Eropa dan Inggris masing-masing menegosiasikan bea masuk sebesar 15% dan 10%.

Kritik terhadap Keller-Sutter muncul dari berbagai pihak, termasuk media lokal. Tabloid Blick menyebutnya "naif", sementara surat kabar 24 Heures menilai kejadian ini sebagai "kekalahan terburuk dalam karier politiknya".

Para pejabat Swiss menolak laporan bahwa tarif 39% diberlakukan karena panggilan telepon antara Trump dan Keller-Sutter. "Panggilan telepon itu tidak berhasil," kata seorang sumber pemerintah.

"Tidak ada hasil yang baik bagi Swiss. Namun, tidak ada pertengkaran. Trump menegaskan sejak awal bahwa ia memiliki sudut pandang yang sama sekali berbeda, bahwa tarif 10% tidaklah cukup," kata sumber tersebut kepada Reuters.

Menteri Perdagangan Guy Parmelin mengatakan pemerintah tengah mencari tahu alasan pasti di balik keputusan Trump dan tidak menutup kemungkinan mengirim delegasi ke Washington untuk melanjutkan dialog.

"Pemerintah perlu memahami sepenuhnya apa yang terjadi, mengapa presiden AS membuat keputusan ini. Setelah itu dibahas, kami dapat memutuskan bagaimana melanjutkannya," tutur Parmelin.

Dalam pernyataan resmi, kabinet Swiss menyatakan akan menyusun tawaran baru untuk meredakan ketegangan.

"Swiss memasuki fase baru ini dengan siap mengajukan tawaran yang lebih menarik, dengan mempertimbangkan kekhawatiran AS dan berupaya meredakan situasi tarif saat ini," demikian pernyataan kabinet, tanpa merinci proposal konkret apa yang mungkin diajukan.

Keller-Sutter mengatakan pada hari Jumat bahwa Bern akan terus berunding dengan Washington, tetapi konsesi yang dapat ditawarkannya terbatas, mengingat impor AS telah menikmati akses pasar bebas sebesar 99,3% dan beberapa perusahaan Swiss telah berinvestasi besar-besaran di AS.

Para analis mengatakan tarif masih dapat berubah sewaktu-waktu karena ketidakpastian pemerintahan Trump, dengan beberapa analis berpendapat bahwa skenario dasar mereka tetap bahwa Swiss pada akhirnya akan menerapkan tarif yang serupa dengan Uni Eropa.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru