Loading
LPEM UI Sarankan BI Tahan Suku Bunga Acuan di 5,5 Persen pada Juni 2025. (SINDOnews)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyarankan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2025.
Menurut Ekonom LPEM UI Teuku Riefky, Bank Indonesia perlu mencermati efektivitas dari pemangkasan suku bunga sebelumnya serta dampaknya terhadap transmisi kebijakan moneter, sembari tetap mewaspadai tekanan eksternal terhadap nilai tukar rupiah.
“BI sebaiknya menahan suku bunga di 5,5 persen. Fokus harus tetap pada kestabilan nilai tukar dan efektivitas pemangkasan bunga bulan lalu,” ujar Riefky dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Pada Mei 2025, inflasi tercatat melambat seiring dengan meredanya tekanan musiman usai Lebaran. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi umum turun ke 1,6 persen secara tahunan (yoy), dari sebelumnya 1,95 persen pada April.
Penurunan ini terjadi berkat normalisasi permintaan bahan pangan utama dan selesainya siklus musiman Idulfitri, yang sempat menekan harga beberapa komoditas.
Riefky juga menyebut fenomena "lipstick effect" masih terlihat di masyarakat. Meski daya beli menurun, konsumsi tetap terjadi pada barang-barang kecil yang memberi kepuasan instan, dan tren ini bertahan sejak tahun lalu.
Kendati BI sudah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan lalu, belum ada peningkatan signifikan dalam pertumbuhan kredit perbankan. Namun, nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan sebesar 1,03 persen dari Rp16.440 per dolar AS pada 16 Mei menjadi Rp16.273 per dolar AS pada 16 Juni.
Penguatan rupiah didorong oleh arus modal masuk yang mencapai 1,59 miliar dolar AS atau sekitar Rp25,92 triliun dalam 30 hari terakhir.
Meski demikian, LPEM FEB UI mengingatkan adanya risiko ketidakpastian jangka pendek, terutama akibat negosiasi ulang perdagangan yang diumumkan Presiden AS Donald Trump serta meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Riefky menilai keputusan paling bijak saat ini adalah menahan BI-Rate di level 5,5 persen.