Obligasi Indonesia Tetap Menarik di Tengah Gejolak Pasar Global


 Obligasi Indonesia Tetap Menarik di Tengah Gejolak Pasar Global Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) didampingi Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono (kiri), Suahasil Nazara (kedua kanan), dan Anggito Abimanyu (kanan) menyampaikan konferensi pers APBN KiTa, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (17/6/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/bar

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Di tengah tekanan dan ketidakpastian pasar keuangan global, kinerja obligasi Pemerintah Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN) tetap menunjukkan performa yang solid. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Juni 2025 yang berlangsung di Jakarta, Selasa (17/6/2025).

Menurutnya, meskipun kondisi global sedang bergejolak, minat investor terhadap SBN tetap tinggi. "Performa lelang SBN tetap kuat meski pasar global mengalami tekanan. Ini menjadi indikator penting bahwa kepercayaan terhadap perekonomian dan fiskal Indonesia masih terjaga," jelas Suahasil.

Bukti dari performa positif ini tercermin dalam hasil lelang SUN (Surat Utang Negara) pada 3 Juni 2025 yang mencatat rasio bid to cover sebesar 2,76. Angka ini menunjukkan bahwa permintaan investor jauh melebihi penawaran yang dilepas pemerintah. Sementara itu, lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada 10 Juni mencatat rasio bid to cover lebih tinggi, yaitu 3,69.

Bahkan pada lelang terbaru, total penawaran yang masuk mencapai Rp81,03 triliun, sementara nilai yang dimenangkan hanya Rp30 triliun. Rasio bid to cover berada di level 2,7. Rata-rata rasio ini sepanjang 2025 terjaga sehat di angka 2,57 untuk SUN dan 2,52 untuk SBSN.

Selain itu, dukungan dari investor asing masih kuat. Hal ini mengindikasikan bahwa kredibilitas fiskal Indonesia masih mendapatkan kepercayaan di mata pelaku pasar global. Sampai pertengahan Juni 2025, aliran dana asing tercatat sebagai net buy sebesar Rp53,91 triliun.

Dari sisi imbal hasil, SBN bertenor 10 tahun memiliki yield sebesar 6,72 persen per 13 Juni 2025, turun 25 basis poin secara year-to-date. Spread terhadap imbal hasil US Treasury berada di level kompetitif 231 basis poin, lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki peringkat kredit serupa.

"Data ini memperkuat keyakinan bahwa SBN Indonesia masih menjadi salah satu instrumen investasi yang menarik di kawasan," tutup Suahasil dikutip Antara.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru