Rupiah Stabil Menjelang Rilis Data Perdagangan Ritel Indonesia


 Rupiah Stabil Menjelang Rilis Data Perdagangan Ritel Indonesia Rupiah stabil jelang rilis data perdagangan ritel Indonesia. (Metrotvnews)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Sebagian besar mata uang Asia memasuki pekan perdagangan dengan gagah karena dolar terus tertekan oleh isu perdagangan AS-Tiongkok.

Rupiah stabil terhadap dolar pada perdagangan hari Senin (9/4/2018). USDIDR bergerak di kisaran 13760 pada saat laporan ini dituliskan. Walaupun berbagai faktor eksternal seperti NFP AS yang mengecewakan tampaknya akan terus memperkuat mata uang domestik, sentimen positif terhadap Indonesia juga berperan penting dalam memperkuat rupiah.

Menurut analis Hussein Sayed, Chief Market Strategist FXTM, pasar akan memperhatikan rilis laporan penjualan ritel Indonesia bulan Februari yang dapat memberi informasi baru mengenai keadaan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini.

Data penjualan ritel akan sangat dicermati, terutama karena konsumsi swasta berkontribusi besar pada PDB Indonesia. Data yang mencapai atau melampaui ekspektasi pasar sebesar 0.88% dapat dianggap mendukung potensi PDB sehingga memperkuat optimisme pada ekonomi Indonesia.

Dapatkah data penghasilan mencuri panggung dari isu perdagangan?

Hussein Sayed mengatakan cuitan Presiden Trump di Twitter akan membingungkan untuk investor. Setelah mengancam menerapkan tarif $100 miliar lagi pada ekspor Tiongkok, Trump membuat cuitan bahwa ia akan selalu bersahabat dengan Presiden Xi dan Tiongkok akan menghapuskan batasan, karena itulah hal yang seharusnya dilakukan.

Drama perdagangan akan terus mewarnai beberapa pekan mendatang, namun komentar Presiden Tiongkok di Forum Boao hari Selasa akan sangat menarik dicermati. Kita mungkin dapat mendengar apakah Tiongkok siap membalas AS, atau ingin bernegosiasi.

Trader minyak terus mencermati situasi di Suriah setelah Pentagon menyangkal melakukan serangan udara ke bandara di Homs. Serangan misil ini terjadi beberapa jam setelah Trump memperingatkan "harga yang mahal untuk dibayar", sebagai tanggapan pada serangan ke Douma yang dikuasai kelompok pemberontak.

Ketegangan perdagangan dan risiko geopolitik sepertinya masih terus akan mengurangi selera risiko, tapi investor akan mendapat informasi baru pekan ini, terutama pendapatan berbagai bank besar dan data inflasi AS.

Indeks Harga Konsumen AS menurut Hussein Sayed diprediksi meningkat 0.1% YoY menjadi 2.3%. Data inti diprediksi kembali menyentuh target Fed yaitu 2% setelah gagal mencapainya selama 11 bulan terakhir. Data inflasi dan rilis notulen FOMC di hari Rabu mungkin dapat mengubah ekspektasi suku bunga apabila ada kejutan.

Kejutan positif dapat meningkatkan imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun menuju 2.9% setelah turun 17 bps dari puncak bulan Februari yaitu 2.96%.

Musim Pendapatan Telah TibaSeperti biasa, sambung Hussein Sayed, musim pendapatan AS dibuka oleh berbagai bank besar yaitu JPMorgan, Citi Group, dan Wells Fargo yang akan melaporkan pendapatan Q1 di hari Jumat.

Menurut FactSet, estimasi pertumbuhan pendapatan S&P 500 pada Q1 adalah 17.1% yaitu pertumbuhan pendapatan tertinggi sejak Q1 2011. 26 perusahaan sektor Teknologi menerbitkan panduan Earnings Per Share positif, jauh di atas rata-rata 5 tahun yaitu 11.

S&P 500 telah turun 2.6% tahun ini, jadi saya menduga akan banyak peluang beli, terutama jika ketegangan perdagangan mereda. Rasio P/E forward 12 bulan di level 16.5 tampak lebih masuk akal dibandingkan satu tahun lalu.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru