Selasa, 12 November 2024

Kurang Tidur pada Bayi Meningkatkan Risiko Terkena Autisme


 Kurang Tidur pada Bayi Meningkatkan Risiko Terkena Autisme Kurang tidur pada bayi tingkatkan risiko autis. (Ilustrasi Pixabay.com)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Sebuah studi baru-baru ini menyoroti pentingnya tidur selama masa awal kehidupan saat otak sedang berkembang. Para peneliti menemukan hubungan antara kurang tidur pada bayi dan peningkatan risiko terkena gangguan spektrum autisme (ASD).

Dampak kurang tidur terhadap kesehatan dan kesejahteraan orang dewasa merupakan area yang sering diteliti secara luas, namun sedikit yang diketahui tentang bagaimana kurang tidur memengaruhi anak kecil. 

Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, para peneliti menyelidiki bagaimana kurang tidur selama masa awal kehidupan memengaruhi bagian-bagian penting perkembangan otak dan menemukan bahwa hal itu dapat meningkatkan risiko terkena gangguan spektrum autisme.

Studi sebelumnya, dilansir Medical Daily, telah menunjukkan bahwa masalah tidur mungkin merupakan indikasi gangguan perkembangan saraf dan gangguan tidur yang banyak diamati pada penderita ASD. Namun, tidak diketahui bahwa gangguan tidur dapat meningkatkan risiko ASD.

"Dampak unik dari kurang tidur selama masa perkembangan sebagian besar belum dieksplorasi. Data kami menunjukkan bahwa bayi dan anak-anak lebih rentan terhadap dampak negatif dari gangguan tidur. Kami juga menemukan bahwa kurang tidur selama periode waktu krusial ini dapat berinteraksi secara negatif dengan risiko genetik yang mendasari gangguan spektrum autisme," kata Graham Diering, seorang peneliti studi tersebut dalam rilis berita.

Dengan menggunakan model tikus, para peneliti memeriksa apakah gangguan tidur selama awal kehidupan dapat berinteraksi dengan risiko genetik yang mendasari gangguan spektrum autisme untuk memengaruhi perilaku mereka. Mereka menemukan bahwa gangguan tidur selama minggu ketiga kehidupan tikus, yang setara dengan usia 1 hingga 2 tahun pada manusia menyebabkan perubahan jangka panjang dalam perilaku sosial pada tikus jantan yang secara genetik cenderung mengalami ASD.

Para peneliti juga mencatat bahwa ketika tikus dewasa kurang tidur, mereka mengimbanginya di kemudian hari dalam bentuk "tidur kembali", tetapi tikus yang lebih muda tidak dapat pulih sepenuhnya. Oleh karena itu, para peneliti percaya bahwa tikus yang lebih muda mungkin lebih rentan terhadap dampak buruk dari kurang tidur, termasuk kinerja yang terganggu dalam tugas memori belajar.

Dengan menggunakan analisis molekuler, para peneliti juga menemukan bahwa dibandingkan dengan orang dewasa, kurang tidur pada tikus muda memiliki dampak yang kuat pada pembentukan sinaps, aspek penting dari perkembangan otak.

"Perkembangan bukanlah sesuatu yang dapat diulang kembali. Tidur penting untuk seluruh kehidupan dan terutama selama masa perkembangan. Memahami apa yang kita ketahui sekarang akan lebih menekankan pada pemahaman masalah tidur pada ASD dan dapat mengarah pada jalur terapi yang penting untuk mengobati ASD dan kondisi perkembangan lainnya," kata Diering.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Kesehatan Terbaru