-
-
-
Loading
Loading
Kendaraan kenegaraan yang membawa Presiden Prabowo Subianto tiba di Museum Senin Modern Rio De Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025) untuk mengantar delegasi Indonesia menghadiri KTT BRICS 2025. (ANTARA/Andi Firdaus)
RIO DE JANEIRO, ARAHKITA.COM - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menghadiri rapat pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 yang berlangsung di Museum Seni Modern (MAM) Rio de Janeiro, Brasil, pada Minggu (6/7/2025). Kehadiran Prabowo menjadi bagian dari rangkaian agenda resmi bersama para kepala negara anggota dan mitra BRICS.
Presiden Prabowo tiba di lokasi sekitar pukul 10.52 waktu setempat. Ia dikawal oleh Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono. Rombongan menggunakan sedan Mercedes-Maybach hitam dengan bendera merah putih yang menandai kehadiran resmi kepala negara Indonesia.
Dalam forum pleno yang mempertemukan para pemimpin dunia ini, Presiden Prabowo dijadwalkan menyampaikan pidato resmi setelah sesi yang diisi oleh Perdana Menteri China, Li Qiang. Topik utama dalam forum tersebut berfokus pada isu perdamaian dunia, keamanan internasional, serta reformasi tata kelola global yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Presiden Prabowo tampil di hadapan sejumlah tokoh penting dunia, antara lain Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, serta pemimpin dari negara mitra seperti Ethiopia, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Iran.
Kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin dalam forum ini masih menjadi tanda tanya. Pihak Kremlin sebelumnya menyampaikan bahwa kehadiran Putin, baik secara langsung maupun virtual, masih mempertimbangkan status hukum internasionalnya menyusul surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Setelah sesi pidato kepala negara, rangkaian KTT BRICS berlanjut dengan pemaparan dari para penasihat keamanan nasional dan jamuan makan siang resmi. Forum ini juga menjadi momen penting untuk memperdalam diskusi mengenai arah baru tata kelola global yang lebih adil di tengah dinamika geopolitik internasional dikutip Antara.
