Loading
SETIAP individu memiliki gaya tersendiri dalam mengelola keuangan, dan bagi Generasi-Z—kelompok yang tumbuh bersama perkembangan digital—gaya ini makin beragam dan mencerminkan kepribadian unik mereka. Hal ini diungkap oleh Dyah Setyaningrum, Associate Professor dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), dalam sebuah diskusi edukatif mengenai literasi keuangan.
Dyah memetakan bahwa terdapat empat tipe kepribadian finansial yang kerap ditemukan di kalangan Gen Z:
1. Budgeting Master (Teliti dan Terkendali)Mereka adalah sosok yang disiplin mencatat pengeluaran, bijak menyusun anggaran, dan jarang tergoda untuk belanja di luar rencana. Gaya hidup finansial mereka fokus pada pengendalian diri dan kestabilan.
Baca juga:
YOLO, FOMO Biang Terkena Pinjol2. Cash Splasher (Spontan dan Impulsif)Tipe ini lebih mengutamakan kesenangan sesaat. Belanja tanpa rencana atau mengikuti tren terbaru adalah ciri khasnya. Meskipun terlihat menyenangkan, kebiasaan ini bisa berdampak pada kondisi finansial jangka panjang.
3. Trendy Spender (Gaya Hidup dan Penampilan)Bagi trendy spender, citra dan tren menjadi prioritas utama. Mereka rela merogoh kocek lebih dalam demi tampil menarik, bahkan jika itu berarti mengorbankan tabungan atau dana darurat.
4. Independent Investor (Berorientasi Jangka Panjang)Kelompok ini adalah mereka yang sadar pentingnya investasi sejak dini. Mereka cermat, berpikir strategis, dan berani mengambil keputusan finansial berdasarkan analisis dan tujuan masa depan.
Menurut Dyah, pendekatan berbasis kepribadian ini bukan sekadar klasifikasi, tapi menjadi cara efektif untuk mendorong mahasiswa memahami gaya konsumsi dan mulai membentuk kebiasaan finansial yang lebih sehat. Ia juga mendorong Gen Z untuk menggunakan rumus sederhana seperti 50:30:20—yakni 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi—serta melatih refleksi diri lewat pertanyaan: “Apakah ini kebutuhan atau hanya keinginan?”
Meski data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tingkat literasi keuangan Gen Z Indonesia berada di angka 65,43 persen, tingkat inklusi keuangannya telah mencapai 75,02 persen. Ini mengindikasikan adanya kesenjangan: penggunaan produk keuangan meningkat, tetapi tidak selalu diiringi pemahaman yang cukup.
“Di sinilah pentingnya pendekatan kreatif agar generasi muda tak hanya tahu cara mengakses produk keuangan, tetapi juga paham cara mengelolanya dengan cerdas dan sesuai karakter mereka,” jelas Dyah.
Wawasan ini sebelumnya dipaparkan dalam diskusi publik bertajuk “Finance First: Smart Money Moves & Personality Insights for Young Adults”, yang digelar sebagai bagian dari kegiatan Pengabdian Masyarakat Skema Kemitraan Internasional FEB UI. Acara ini bekerja sama dengan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di China (PERMIT) Shanghai, dan melibatkan berbagai sesi seperti talkshow, mentoring circle, diskusi panel bersama profesional ekspatriat, hingga mini job fair.
Melalui inisiatif seperti ini, FEB UI berharap bisa mendorong lebih banyak mahasiswa Indonesia, baik di dalam negeri maupun luar negeri, untuk menjadi talenta finansial yang tak hanya menguasai teori, tetapi juga piawai mengelola uang sesuai gaya hidup dan kepribadian mereka sendiri dikutip Antara.