Awal Sejarah PON, Bukti Kedaulatan Bangsa Indonesia


 Awal Sejarah PON, Bukti Kedaulatan Bangsa Indonesia Pembukaan PON Pertama di Solo 1948. (Foto: Wikipidea Indonesia/PT)

GAGAL ikut Olimpiade London 1948, Indonesia menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) I sebagai gantinya. Punya nilai politis menjawab blokade Belanda dan membuktikan kedaulatan.

PON sendiri berawal setelah proklamasi kemerdekaan yaitu dimulai sekitar tahun 1946. Setelah dibentuk pada tahun 1946, Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) yang saat ini keduanya telah dilebur menjadi KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)] mempersiapkan para atlet Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV di London pada tahun 1948.

Usaha Indonesia untuk mengikuti olimpiade pada saat itu menemui banyak kendala. PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui dan menjadi anggota resmi Internasional Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang hendak dikirim tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut.

Salah satu kendala yakni pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh pada waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Paspor Indonesia pada saat itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan kenyataan bahwa atlet-atlet Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London dengan memakai paspor Belanda tidak dapat diterima.

Sebenarnya para atlet dapat bertanding pada saat itu namun para delegasi Indonesia hanya mau hadir di London dengan membawa nama Indonesia. Alasan yang disebut terakhir ini menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London menjadi batal dan menjadi topik pembahasan pada konferensi darurat PORI pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo.

Mengingat dan memperhatikan pengiriman para atlet dan beberapa anggota pengurus besar PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti yang diharapkan semula, konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga yang direncanakan berlangsung pada bulan Agustus atau September 1948 di Solo. Pada saat itu PORI ingin menghidupkan kembali pekan olahraga yang pernah diadakan ISI pada tahun 1938 (yang terkenal dengan nama ISI Sportweek atau Pekan Olahraga ISI).

Dilihat dari penyediaan sarana olahraga, pada saat itu Solo telah memenuhi semua persyaratan pokok dengan adanya stadion Sriwedari yang dilengkapi dengan kolam renang. Pada saat itu Stadion Sriwedari termasuk kota dengan fasilitas olahraga yang terbaik di Indonesia.

Selain itu seluruh pengurus besar PORI berkedudukan di Solo sehingga hal inilah yang menjadi bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk menetapkan Kota Solo sebagai kota penyelenggara Pekan Olahraga Nasional pertama kalinya pada tanggal 9 sampai dengan 12 September tahun 1948 silam.

Dalam kondisi perang dan diblokade Belanda, pemerintah Indonesia tak gentar menggelar hajatan besar Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama. Presiden Sukarno sendiri hadir dalam pembukaannya pada 9 September 1948. Suasana tegang ternyata juga tak menyurutkan antusiasme warga Surakarta untuk menyaksikan pembukaannya di Stadion Sriwedari.

Sejumlah tamu penting juga hadir, di antaranya Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sri Susuhunan Pakubuwono XI, dan Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman. Turut hadir pula anggota-anggota Komisi Tiga Negara (KTN)—komisi bentukan Dewan Keamanan PBB untuk menengahi konflik Indonesia-Belanda—yakni Merle Cochran (mewakili Amerika Serikat), Thomas Critchley (Australia), dan Paul van Zeeland (Belgia); Konsul Jenderal Inggris Shepherd; serta Konsul Jenderal India Raghavan beserta wakilnya Mohammad Yunus.

Penyelenggaraan PON I juga mengandung pesan politik: menunjukkan kepada Belanda bahwa Indonesia adalah negara berdaulat. Soal ini pun disinggung pula oleh Presiden Sukarno dalam pidato pembukaannya.

Pada PON I ada sembilan cabang olahraga dipertandingkan dalam PON I: atletik, bola keranjang (korfball), bulutangkis, tenis, renang, panahan, sepakbola, basket, dan anggar.

Pada 12 September 1948, sesuai jadwal yang ditetapkan, PON I secara resmi berakhir dengan Surakarta tampil sebagai juara umum. Tuan rumah merajai cabang sepakbola, bulutangkis, renang, panahan, dan pencak silat. Juara kedua ditempati Yogyakarta, disusul Kediri sebagai juara ketiga.

Secara umum PON I berlangsung aman meskipun sempat terjadi insiden-insiden kecil di lapangan. Penonton pun antusias menonton pesta olahraga nasional pertama di Indonesia itu.

PON yang menjadi pondasi awal terlaksananya pekan olahraga yang meilibatkan seluruh provinsi yang ada di Indonesia. |Sumber: Wikipedia Indonesia dan berbagai sumber|

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Olahraga Terbaru