Harga Minyak Melonjak Setelah OPEC Sepakati Kenaikan Produksi Moderat


 Harga Minyak Melonjak Setelah OPEC Sepakati Kenaikan Produksi Moderat Ilustrasi: Gedung OPEC. (Covesia)

NEW YORK, ARAHKITA.COM - Harga minyak melonjak pada akhir perdagangan Jumat 22 Juni 2018 (Sabtu (23/6/2018) pagi WIB), setelah produsen-produsen minyak sepakat meningkatkan produksi minyak mentah secara moderat guna mengkompensasi kekurangan produksi pada saat meningkatnya permintaan global.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen minyak mentah lainnya, bertemu di Wina, setuju untuk meningkatkan produksi mulai Juli sekitar satu juta barel per hari (bph).

Namun demikian, kenaikan riilnya akan menjadi sekitar 770.000 barel per hari, menurut Irak, karena beberapa negara yang baru-baru ini mengalami penurunan produksi akan kesulitan untuk mencapai kuota penuh, sementara produsen lainnya mungkin tidak dapat mengisi kekurangan tersebut.

Peningkatan produksi riil memberikan nada "bullish", karena mereka datang di bawah beberapa angka tertinggi yang telah dibahas sebelum pertemuan.

"Ada banyak antisipasi di pasar bahwa akan ada banyak minyak baru yang datang ke pasar, dan itu tidak akan terjadi, setidaknya untuk saat ini," kata John Kilduff, mitra di Again Capital.

"Kami digoda dengan peningkatan sekitar 1,8 juta barel (per hari) pada satu titik, dan kami akhirnya mendapatkan sekitar 600.000 barel," kata Kilduff.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, naik 2,50 dolar AS atau 3,4 persen, menjadi ditutup pada 75,55 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, patokan AS, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, naik 3,04 dolar AS atau 4,6 persen, menjadi menetap di 68,58 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah AS mendapatkan dorongan tambahan setelah penarikan besar mengejutkan di pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma.

Minyak mentah Brent naik 2,7 persen pada minggu ini, sementara minyak mentah AS naik 5,5 persen.

Dalam perdagangan pasca-penyelesaian (penutupan), minyak mentah AS dan Brent terus menguat. Brent naik 2,56 dolar AS atau 3,5 persen menjadi 75,61 dolar AS per barel, dan minyak mentah AS diperdagangkan naik 3,70 dolar AS atau 5,65 persen menjadi 69,23 dolar AS per barel pada pukul 18.07 GMT.

Diskon minyak mentah AS terhadap Brent menyempit sekitar 15 persen menjadi 6,36 dolar AS di sesi tersebut, menjadikannya terkecil sejak 11 Mei.

Selama sekitar tiga minggu sebelum pertemuan OPEC, harga telah mundur dari tertinggi tiga setengah tahun, di tengah kekhawatiran bahwa peningkatan produksi yang lebih besar dapat menyebabkan kelebihan pasokan.

Pada akhirnya, Arab Saudi membujuk Iran untuk bekerja sama dengan rencana untuk memangkas produksi, menyusul permintaan dari konsumen utama untuk mengekang kenaikan biaya bahan bakar.

Keputusan OPEC membingungkan beberapa di pasar, karena para produsen memberikan target suram untuk kenaikan, sehingga sulit untuk memahami secara tepat berapa banyak lagi yang akan diproduksi. Ekspektasi bahwa kenaikan akan kurang dari angka satu juta barel per hari mendukung pasar.

"Peningkatan produksi yang efektif dapat dengan mudah diserap oleh pasar," Harry Tchilinguirian, kepala strategi minyak di bank Prancis, BNP Paribas, mengatakan kepada Reuters Global Oil Forum dan dilansir Antara.

"Anda berpikir sekitar satu juta barel per hari kembali online ... itu tidak akan terjadi secara instan, itu akan memakan waktu," kata Brian LeRose, analis teknikal senior di ICAP.

Acuan internasional untuk minyak mentah, Brent, diperdagangkan di atas 100 dolar AS per barel selama beberapa tahun hingga 2014, jatuh ke hampir 26 dolar AS pada 2016 dan kemudian pulih ke lebih dari 80 dolar AS bulan lalu.

Reli harga terbaru menyusul keputusan OPEC untuk membatasi pasokan dalam upaya untuk menguras persediaan global.

Grup mulai menahan pasokan pada 2017 dan tahun ini, di tengah permintaan yang kuat, pasar mengetat secara signifikan, memicu desakan para konsumen untuk pasokan yang lebih tinggi.

Penurunan produksi di Venezuela dan Libya, serta risiko produksi lebih rendah dari Iran sebagai akibat dari sanksi AS, telah meningkatkan kekhawatiran pasar akan kekurangan pasokan.

Kontrak berjangka minyak mentah AS bulan depan (Juli) memperpanjang reli selama sesi, diperdagangkan sebanyak 1,51 dolar AS per barel di atas kontrak bulan kedua. Itu adalah premi terbesar sejak Agustus 2014. "Spread" sedikit berkurang menjadi menetap di sekitar 1,00 dolar AS per barel.

Penurunan besar dalam persediaan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, membantu memicu reli, kata para pedagang.

Penyimpanan telah jatuh karena penyuling Gulf Coast telah menyerap minyak mentah yang tersedia dengan harga diskon, kata Bob Yawger, direktur Energi di Mizuho. Hasilnya adalah persediaan yang lebih rendah di pusat penyimpanan selama setidaknya tujuh minggu, katanya.

Perusahaan pengeboran AS mengurangi jumlah rig pengeborannya untuk minyak sebanyak satu rig sehingga menjadi 862 rig, pengurangan pertama dalam 12 minggu, menurut laporan mingguan dari divisi Baker Hughes GE. Jumlah rig adalah indikator utama produksi.

Para hedge fund dan manajer uang lainnya memangkas perkiraan "bullish" mereka pada kontrak dan opsi minyak mentah berjangka AS ke level terendah dalam hampir delapan bulan,karena minyak mentah turun 1,4 persen akibat produksi AS melonjak.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru